BUKU HARIAN NAYLA
Semua tampak
sempurna untuk Nayla, dia ceria, rajin, pintar, dan jago basket dan
taat pula beribadah. Disekolah pun dia bisa menjadi ketua kelas dan
bertemu dengan cowok yang baik dan ganteng pula. Tapi dibalik
kesempurnaan itu sebenarnya Nayla menderita penyakit yang sangat berat
karena dia bisa kehilangan kemampuan fisiknya hingga akhirnya lumpuh.
Nayla tidak mengetahui hal ini.
Dr Fritz
yang memeriksa dan merawat Nayla memintanya membuat buku harian
(sebenarnya agar ia bisa memantau perkembangan kesehatan Nayla).
Beberapa hari kemudian, Martha menemui dr Fritz untuk mengambil Hasil
pemeriksaan Nayla. Martha kaget mengetahui penyakit yang diderita Nayla.
Nayla yang tak tahu apa-apa, tetap menjalani hidupnya seperti biasa.
Hingga Nayla bertemu pasien yang telah lama menderita sakit, dan
mengalami gejala-gejala yang mirip dengan yang dialaminya.
Nayla
bertanya pada Dr Fritz. Namun Dr Fritz merasa tak berhak memberitahu
Nayla. Kondisi Nayla semakin memburuk. Martha terpaksa memberi tahu
Nayla tentang penyakitnya. Nayla tidak terkejut, karena sudah lama
menduga akan kenyataan itu. Nayla kini duduk di kursi roda. Beruntung
Nayla memiliki teman-teman yang setia. Selain itu, Moses yang jatuh
cinta pada Nayla, juga selalu menemani Nayla. Namun banyak juga siswa
yang merasa terganggu dengan keadaan Nayla.
Waktu
berlalu dengan cepat. Nayla berhasil lulus sekolah. Semua teman Nayla
sibuk memikirkan kuliah. Nayla sedih, hal yang bisa menghiburnya hanya
menulis buku harian. Nayla terus menulis walau tangannya semakin lama
semakin susah bergerak. Sementara itu, Moses akhirnya masuk kuliah
kedokteran yang sebenarnya jauh dari minat awalnya. Dengan satu alasan,
dia ingin menyembuhkan Nayla.
Namun Nayla
justru sadar bahwa kehadirannya yang tinggal sebentar lagi hanya akan
menyakiti Moses. Nayla lalu memutuskan hubungannya dengan Moses. Tapi
secara diam-diam, Moses terus mengamati Nayla. Penyakit Nayla berkembang
semakin parah, jauh melampaui prediksi Dr. Fritz. Beberapa kali Nayla
hampir meninggal hanya karena tersedak dan kesulitan bernapas. Namun
Nayla tetap tegar dan tidak berhenti berdoa, dia tetap menggunakan
waktunya untuk mengukir prestasi. Nayla mengirimkan tulisannya ke
majalah-majalah. Banyak orang yang bersimpati pada keadaan Nayla.
Suatu hari,
di malam Natal, Moses datang membawa surat dari pembaca Nayla. Saat itu
Nayla sudah benar-benar lelah berperang dengan penyakitnya. Ternyata
banyak pembaca yang menjadi lebih tegar menghadapi hidupnya setelah
membaca tulisan Nayla. Itu menjadi bukti bahwa sekalipun sudah tak
berdaya secara fisik, Nayla tetap berguna dan menjadi penolong bagi
orang lain, sesuai keinginan terbesarnya. Nayla tersenyum bahagia. Tak
ada lagi yang perlu dia cari di dunia ini…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar