Sahabat Pena

Kamis, 28 Mei 2015

Air Mata Terakhir Bunda


                                                      AIR MATA TERAKHIR BUNDA


          Doa ibu adalah segala hal bagi anak-anaknya. Ibu adalah tuhan kecil dengan ketulusan cintanya. Dia tak pernah mengharapkan balasan apa-apa dari anak-anaknya. Baginya tugasnya hanyalah memberi dan memberi. Mengandung, melahirkan, menyusui, merawat, membesarkan hingga menghantarkan anaknya menjadi manusia yang berguna adalah kewajiban dari cinta yang Tuhan titipkan padanya (hal 8)
         Itulah gambaraan seorang ibu dimata penulis produktif asal Surabaya, Kirana ‘Key’ Kejora. Di novelnya yang ke 9 ini Key mengisahkan bagaimana doa, ketulusan, kasih sayang, dan kegigihan seorang ibu yang dalam kemiskinannya mampu melewati getirnya hidup dengan tegar hingga anak-anaknya dapat meraih cita-cita dan impiannya.

         Novel yang diadaptasi dari kisah nyata ini menceritakan perjalanan hidup seorang anak bernama Delta yang dibesarkan oleh seorang ibu yang begitu mencintainya. Sriyani, ibu dari Delta dan Iqbal adalah seorang single parent yang harus berjuang membesarkan kedua anak laki-lakinya. Suaminya meninggalkannya begitu saja dan menikah kembali dengan wanita lain sementara hubungannya dengan Sriyani dibiarkannya menggantung tanpa status yang jelas.
           Sementara suaminya hidup berkecukupan dengan wanita lain, Sriyani tertatih-tatih membesarkan kedua anak lelakinya. Walau hidup dalam kekurangan Sriyani pantang meminta bantuan dari suaminya yang meninggalkannya. Untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari dan membiayai sekolah kedua anaknya ia menjadi buruh cuci setrika sambil berjualan lontong kupang, makanan khas kota lumpur Sidoarjo yang ia jajakan sendiri dengan sepeda tuanya.
          Walau hidup dalam kemiskinan namun Sriyani mendidik Delta dan Iqbal untuk tidak meratapi kemiskinan mereka. Ia tidak ingin melihat anaknya sedih dalam kemiskinan, dalam setiap kesempatan ia selalu menekankan pada kedua anaknya bahwa kemiskinan bukanlah petaka yang harus diratapi, tetapi harus dihadapi dengan bekerja dan bekerja.
          Berbagai kesulitan hidup menerpa kehidupan mereka namun bagi Sriyani kemiskinan bukan halangan untuk membahagiakan anak-anaknya. Baginya dia selalu berusahan memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya dengan sederhana dan apa adanya. Dari ketegaran, kekuatan doa, dan cinta seorang ibu yang dahsyat inilah Delta tumbuh dan bersekolah hingga ke jenjang perguruan   tinggi.       
         Ketika gelar kesarjanaannya diraihnya, keinginannya terbesarnya adalah mempersembahkan gelarnya pada ibunya yang begitu mencintainya tanpa pamrih.
          Di novel setebal 204 halaman ini pembaca akan diajak menyusuri kehidupan Delta dan ibunya. Kisah-kisah yang dihadirkan dalam setiap babnya merupakan mozaik kehidupan keluarga ini yang harus bergelut dengan kemiskinan untuk bertahan hidup. Dan ketika seluruh bab dalam novel ini selesai kita baca maka akan terbentuklah sebuah lukisan indah akan betapa agungnya ketulusan cinta seorang ibu pada anak-anaknya.
Walau menceritakan sebuah keluarga miskin namun novel yang juga mengambil setting terjadinya bencana lumpur Lapindo ini bukan novel yang cengeng, walau berjudul Air Mata Terakhir Bunda tidak ada kisah tangisan dalam novel ini karena seperti yang diungkapkan Delta tentang ibunya dalam novel ini
"Ibu tidak pernah menangis di depan kami, kalaupun ingin menangis, ibu hanya menggigit bibirnya kuat-kuat hingga berdarah, agar tangisnya tak terdengar oleh kami, anak-anak yang selalu dikuatkan dengan kata-kata...
jangan pernah menjual kesedihan dan tangismu hanya untuk masa depan, karena masa depan adalah rancangan, kehidupan adalah sekarang, hadapi!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar