Sahabat Pena

Minggu, 26 April 2015

Novelku

KU PENDAM SEBUAH DUKA

Kandungan Durrah semakin bertambah. Bukan sahaja badannya bertambah berat, terasa kaki dan tangannya mula membengkak. Ada ketikanya terasa kaki dan tangannya kebas dan terasa sakit. Dia melihat dirinya dicermin. Betapa hodohnya dirinya. Gemok,pendek dan bulat. Terboyot-boyot macam….

Durrah ke ruang tamu mencari Johan tapi tak ada rupa-rupanya Johan
duduk bersantai di balkoni. Durah memerhatikan Johan yang leka menikmati angin petang. Hari-hari minggu begini Durrah terasa bosan dirumah. Jarang sekali Johan membawanya keluar. Selalunya Durrah akan membuat juadah yang ringkas untuk minum petang.

Cerpenku

Nama saya Aditya. Sekilas terlihat seperti nama orang banyak. Tapi agak aneh rasanya apabila nama itu disandang oleh seorang gadis. Aditya. Tanpa embel-embel lain. Sependek itu saja nama saya. Pernah waktu saya masih kecil dan keluarga kami masih miskin, saya tanyakan arti nama saya kepada bunda.
“bunda, kenapa aku diberi nama aditya?”. Tanyaku terselip nada keraguan. Tapi bunda menjawabnya dengan senyum manis sekali. Matanya menerawang seakan-akan kembali ke masa lalu. Garis wajahnya terlihat lebih muda 10 tahun dari sekarang.
“ayah dan bunda merasa sama-sama tak punya apa-apa untuk membahagiakan satu sama lain didalam perkawinan ini kecuali satu hal. Kesetiaan. Kami merasa punya kesetiaan satu sama lain sehingga namamu Aditya berasal dari namaku dan ayahmu. Ani dan Budi setia. Aditya”.
                Saya menganguk mendengar cerita bunda meskipun saya sebenarnya waktu itu tak tahu apa yang dimaksud dengan setia. Hingga ketika saya beranjak dewasa dan mengerti definisi setia itu seperti apa. Keadaan finansial orang tua saya semakin meningkat tetapi sayangnya berbanding terbalik dengan nilai kesetiaan diantara mereka. Bukan rahasia lagi ayah punya banyak “simpanan” diluar. Sedangkan bunda yang sebenarnya sudah tak ingin lagi setia dengan ayah bisa diam saja dan pura-pura setia. Tabungan, koleksi berlian. Rumah, dan jumlah mobil digarasi yang bisa membuat bunda “setia”.